Kesalahan Paradigma (2018)
FALLACY(Kesalahan Berfikir)
Suatu saat pernah ada seorang kawan datang sembari
berkeluh kesah. Aku tanya mengapa dia terlihat begitu kesal. Dia bilang bahwa
dirinya baru saja “diceramahi” oleh seorang mahasiswa beriman. Mahasiswa
beriman itu menceramahinya seraya mendiskreditkan salah satu organisasi
eksternal yaitu HMI. Dia bilang bahwa kamu jangan masuk HMI karena HMI itu
organisasi sesat. Kamu jangan terlalu dekat dengan anak-anak HMI, mereka itu
pemikirannya sesat. Kader-kadernya banyak yang nyeleneh. Kebetulan dia ini merupakan salah
satu dari sekian banyak mahasiswa yang dekat dan sering bergaul dengan
kader-kader HMI.
Setelah mendengar ceritanya, saya bilang saja sama dia
bahwa mahasiswa beriman tadi sudah terjerumus pada kesalahan berpikir atau
dalam bahasa Yunani biasa disebut fallacy.
Apa itu fallacy? Fallacy berasal dari bahasa Yunani dan
Latin yang berarti ‘sesat pikir’. Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai
kerancuan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam
menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa
diterjemahkan dalam bahasa sederhana dengan ‘ngawur’.
Ada dua pelaku fallacy, yaitu pelaku yang sengaja
ber-fallacy (sofisme), dan pelaku yang tidak sadar berfallacy (paralogisme) .
Umumnya yang sengaja ber-fallacy adalah orang menyimpan tendensi pribadi dan
lainnya. Sedangkan yang berpikir ngawur tanpa menyadarinya adalah orang yang
tidak menyadari kekurangan dirinya atau kurang bertanggungjawab terhadap setiap
pendapat yang dikemukakannya.
Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan
sejumlah aksi amoral, seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta,
pembodohan publik, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah,
menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu.
Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur fallacy,
sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak
terperosok dalam sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya.
Seseorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti
berpikir benar dan bahkan bisa mempengaruhi orang lain yang juga tidak
mengikuti aturan berpikir yang benar. Karena itu, al-Qur’an seringkali mencela
bahwa ‘sebagian besar manusia tidak berakal’, tidak berpikir’, dan sejenisnya.
Beberapa macam-macam fallacy:
- Fallacy of dramatic instance yaitu kecenderungan untuk melakukan analisa masalah sosial dengan penggunaan satu dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum (over generalisation).
Contoh: Mahasiswa beriman tadi
yang mengatakan bahwa HMI itu organisasi yang sesat, kiri, liberal karena
melihat beberapa kadernya yang menurut pandangannya sebagai orang sesat, kiri,
dan liberal.
- Argumentum ad hominem adalah argumentasi yang diajukan tidak tertuju pada persoalan yang sesungguhnya, tetapi terarah kepada pribadi yang menjadi lawan bicara atau dalam bahasa kerennya dikenal dengan istilah Personal Attack.
- Argumentum ad verecundiam adalah kesalahan berpikir akibat argumen dengan menggunakan argumen yang bersifat otoritas meskipun otoritas itu tidak relevan.
Contoh: A sedang berdiskusi dengan
B. Lalu A berkata kepada B, pendapat Anda bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Sunnah. Ini bentuk kesalahan berpikirnya. Bahwa, sebenarnya B tidak
bertentangan dengan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Sunnah sepanjang yang A pahami.
2.
Fallacy of Composition
yaitu cara berpikir berdasar dugaan bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang
pasti juga berhasil untuk semua orang.
Contoh: Kemarin saya sakit batuk,
setelah saya obati dengan obat X, langsung sembuh. Kamu juga pasti cepat sembuh
batuknya kalau kamu minum obat X.
- Argumentum Auctoritatis adalah argumentasi yang diajukan berdasarkan kewibawaan atau pengaruh besar seseorang, bukan berdasarkan penalaran.
Contoh: Saya yakin dengan apa yang
dikatakannya karena ia pemimpin partai besar.
Argumentum
ad misericordiam adalah argument yang diajukan berupa ancaman
dan desakan lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu, dengan alasan
bahwa jika menolak akan berdampak negatif terhadap dirinya.
Comments
Post a Comment